Sinopsis Ashoka Samrat episode 399 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 399 by Kusuma Rasmana. Di ruang pertemuan keluarga, istana Magadha Pattaliputra, Samrat Bindushara terkejut atas laporan Acharya Radhagupta. "Ada apa ini, Acharya?", tanya Bindushara heran.

"Itu benar, Samrat", kata Acharya Radhagupta, "Harta perbendaharaan semua telah kosong, sedikit pun tidak ada disisakan lagi".

"Sedikit pun tidak tersisa, semuanya sudah lenyap...Bagaimana itu bisa terjadi?", tanya Samrat marah.
"Itu bisa dijelaskan oleh Ashoka sebagai penjaga keamanan internal istana. Perbendaharaan juga mestinya juga dalam tanggungjawabnya", jawab Sushima menuding Ashoka.

"Perbendaharaan dalam tanggungjawab khusus Siamak," jawab Ashoka tegas, "Hal itu tidak akan terjadi selama Siamak tidak terlibat". Ashoka menuding Siamak, Bindushara menatap Ashoka dengan kesal.

Siamak kaget, dia pun berakting seperti orang yang tidak bersalah. "Mengapa kau selalu menyalahkanku untuk semua hal yang berjalan salah?", tanya Siamak kepada Ashoka.

"Berhenti!", kata Bindushara merasa kesal melihat perdebatan itu. "Kalian semua menyalahkan satu sama lain setiap kali sebuah masalah muncul. Kalian tidak akan pernah melewatkan kesempatan seperti ini", kata Bindushara sambil melotot ke arah putra-putranya satu persatu.

"Berita ini tidak boleh keluar dari ruangan ini dan musuh seharusnya tidak boleh tahu tentang hal ini. Yang terpenting, telah terbukti bahwa harta perbendaharaan dicuri selama acara pertungangan sehingga semua pintu keluar seharus ditutup. Sushima, Kau yang bertanggungjawab akan menjaganya. Kau pernah berkata bahwa kita harus mengambil tindakan pencegahan karena Kalingga dan Magadha telah menjadi teman sekali lagi".

"Baik, Ayahanda", jawab Sushima mengangguk.
"Dan Ashoka, Kau akan dibantu oleh Acharya Radhagupta yang akan menyelidiki keberadaan harta itu. Aku ingin semuanya dikembalikan tempat semula di istana secepatnya! Tidak boleh ada yang sampai keliru".

Ashoka dan Radhagupta mengangguk. Sushima, Siamak, dan Mahamatya tampak tegang, walaupun berusaha menyembunyikannya.Bindushara yang marah segera bergegas keluar ruangan diikuti Ashoka dan Acharya Radhagupta. Ashoka melirik kedua saudaranya sekilas dan segera berlalu dari ruangan itu bersama Acharya Radhagupta.

Di koridor istana, beberapa prajurit yang berpakaian seperti rakyat biasa memberitahu Ashoka, "Hanya tandu para puteri dan pedati yang memuat peti hadiah yang keluar dari istana".

Ashoka ingat kejadian pada hari sebelumnya saat melepas kepergian para putri raja yang berpamitan pulang ke kerajaan masing-masing. Saat itu Charumitra tiba-tiba datang kepadanya dan mengalihkan perhatiannya dari melihat apa yang jatuh berserakan dari kotak hadiah yang dibawa pelayan.

Ashoka berkata tegang, "Aku perintahkan Kalian berbicara dengan para mata-mata. Cari informasi setiap rincian yang mungkin! Lihat di setiap sudut yang mencurigakan!".

Ashoka membuka tangan kearah depan menyuruh mereka segera pergi. Para prajurit yang menyamar itu segera pergi setelah memberi penghormatan kepada Ashoka.

Sepeninggal para prajurit, Ashoka melangkah menyusuri koridor itu sambil benaknya sibuk memikirkan sesuatu.

Tiba-tiba seseorang menarik lengan Ashoka keluar dari koridor. Ashoka kaget menyadari orang itu adalah Lasendra, perempuan utusan penguasa Yunani yang menariknya ke dalam ruangannya.
Ashoka berkata, "Ini bisa menjadi kesalahan dan berbahaya bagi kita. Apa kau tidak tahu itu?". Ashoka menoleh kesana kemari memastikan tidak ada yang melihat keberadaan mereka berdua ditempat itu.

Lasendra berkata, "Ini tentang tugas yang kau lakukan. Aku tahu dimana harta perbendaharaan di sembunyikan".

Ashoka terkejut, "Kau tahu tentang hal itu? Harta perbendaharaan dicuri? Siapa yang melakukannya?"
Lasendra menjawab, "Itu dilakukan oleh Sushima dan Siamak".
Ashoka bertambah kaget, "Siamak dan Sushima? Tapi mengapa mereka melakukannya?".
Lasendra menjawab "Aku yang meminta mereka melakukan itu".
Ashoka kembali kaget, "Kau? Kau yang menyuruh mereka. Mengapa?
Lasendra menjawab, "Aku sengaja menjebak mereka. Aku tahu itu adalah gagasan yang salah".
Ashoka berkata marah, "Kau tahu akibatnya bermain dengan harta perbendaharaan? Dimana aku bisa menemukannya?".

Lasendra membalas, "Kau bisa mengesankan Samrat dengan memberitahu keduanya adalah penjahat yang sebenarnya yang berusaha mencuri harta perbendaharaan kerajaan. Jika kalian berdua datang ke lokasi itu, maka aku juga akan memaksa kedua saudaramu untuk datang kesana pada waktu yang sama. Dan Kau dan Samrat bisa menangkap basah keduanya".
Ashoka bertanya, "Jika kau berani menyusun rencana ini. Mengapa kau tidak melibatkan aku didalamnya?"
Lasendra berkata, "Kalau begitu, Aku meminta maaf atas kejadian ini. Bagaimanpun aku disini hanya seorang tamu".
Ashoka memperingatkan, "Kau bisa dihukum berat atas hal ini. Kau sangat tahu dengan baik konsekuensi dari pengkhianatan!".

Ashoka pergi dari ruangan itu. Lasendra memandang kepergiannya sambil tersenyum, entah apa makna senyuman itu.
Di sebuah ruangan dalam istana, Lasendra mempengaruhi Sushima dan Siamak untuk melawan Ashoka.
"Tapi bagaimana Ashoka mengetahui semua rencana kita!", kata Sushima heran.
"Ashoka yang telah menghancurkan Gondana sudah tahu dimana lokasi Kalian menyimpan harta perbendaharaan itu. Kita harus segera melakukan sesuatu", kata Lasendra.
Siamak berkata, "Jangan buang waktu lagi, Kita harus memindahkan harta itu dari kuil ke tempat lain secepatnya".
Sushima setuju dengan rencana Sushima. Sementara Lasendra melirik kedua pangeran itu sambil tersenyum penuh arti.

Di ruangan samrat, Ashoka menceritakan informasi tentang keberadaan harta perbendaharaan kepada Bindushara.
Bindushara menjadi marah, "Devi Maa ka Mandir (Kuil Dewi Ibu)? Siapa yang berani menyimpan harta di sebuah kuil? Siapa yang bisa serendah ini?"
Ashoka menjawab "Ayahanda raja, orang yang serendah itu hanya ingin meraih sesuatu. Mereka pasti memiliki tujuan yang tidak baik".
Bindushara semakin marah dan heran mendengar ucapan Ashoka. "Katakan kepadaku, siapa nama mereka yang melakukannya!".
Ashoka berkata, "Seperti dugaan, yang pasti pelakunya orang istana sendiri. Mereka adalah Siamak dan Sushima".
Bindushara menunduk marah, memejamkan mata dan tidak percaya dengan tuduhan Ashoka. "Ashoka! Kau mulai..."

Ashoka menyela ucapan Bindushara, "Ayahanda, aku mohon Anda ikut bersamaku ke kuil Dewi Maa (Dewi Ibu) sekali ini. Anda akan tahu wajah dan kebenaran Siamak dan Sushima yang sebenarnya!".
Bindushara mengangguk setuju membuat Ashoka tersenyum dikulum.
Di dalam hutan di luar Pattaliputra, Devi menemui seorang pertapa yang sedang duduk dibawah pohon besar melakukan tapa yoga atau samadhi. Pertapa yang membungkus tubuhnya dengan kain jingga dengan rambut digelung, kumis, cambang dan janggut menyatu panjang itu duduk bersila dengan mata terpejam. Namun mulutnya sibuk mengulang nama Dewa pujaannya yang diucapkan lirih tak terdengar. Pertapa itu membuka matanya saat melihat Devi berdiri mendekatinya. Devi membawa dua gulungan kertas yang berisi Kundali (horoskop) milik Ashoka dan Kaurwaki.

"Ada keperluan apa kau kemari, Nak?", tanya pertapa itu.
Devi menjawab, "Baba, Aku membawa kundali milik sahabatku. Kumohon beritahu aku sebuah tanggal yang baik untuk pernikahan mereka".
Baba adalah panggilan kepada yang dimuliakan, seperti kepada pertapa, reshi, tetua, identik dengan kata Bapa.
Pertapa yang berwajah sejuk itu tersenyum. Devi memberikan kedua gulungan kertas yang berisi horoskop itu.

Pertapa mulai membaca horoskop atau perbintangan milik Ashoka dan Kaurwaki satu persatu. Pertapa tampak terkejut melihat hasil pembacaan horoskop itu. Devi yang duduk diatas batu besar dekat dengan pertapa pun mulai merasa cemas. Pertapa itu lalu melakukan perhitungan dan pencocokan horoskop kedua calon pengantin, yaitu Ashoka dan Kaurwaki.

Di Devi Maa Mandir (Kuil Dewi Ibu), tampak beberapa pendeta kuil sibuk dengan tugasnya melayani para pemuja yang datang berdoa. Diiringi beberapa pemain musik yang terus membunyikan peralatan musiknya. Seorang perempuan asing tampak menutupi dirinya dengan selendang lebar duduk disisi koridor kuil sibuk menyiapkan benang dan merangkai untaian bunga. Perempuan asing itu adalah Lasendra yang menyamar. Bindushara dan Ashoka datang ke kuil dengan pakaian penyamaran. Mereka membunyikan lonceng yang bergantung dipintu masuk. Ashoka dan samrat yang melangkah menuju ke ruang dalam kuil mengenali Lasendra yang menyamar, namun hanya diam seperti juga Lasendra yang mengenalinya. Bindushara dan Ashoka lalu mencakupkan tangan ke arah relief atau arca Devi Maa di ruang dalam. Kaduanya lalu bergabung dengan para pemuja lain ikut bernyanyi sambil bertepuk tangan memuji Devi Maa diiringi suara musik. Acharya Radhagupta juga datang dengan penyamaran bersama prajuritnya. Dia juga membunyikan lonceng dan masuk ke dalam kuil. Ashoka melihat Acharya dan dua prajuritnya, dia menganggukkan kepalanya memberi isyarat. Radhagupta dan kedua prajuritnya pergi bersembunyi ke arah lain.

Bindushara yang kehilangan kesabaran menoleh kepada Ashoka. "Kau telah menyia-nyiakan waktuku dengan membawaku kesini. Aku tidak melihat mereka berdua", kata Bindushara.
Ashoka mendekati samrat dan berbisik, "Mohon bersabar sedikit lagi. Mereka akan segera datang"
Sushima dan Siamak datang ke kuil saat itu, juga dalam pakaian penyamaran. Sushima membunyikan lonceng, lalu masuk ke dalam bersama Siamak. Sushima tampak memperhatikan semua orang di dalam kuil, sedangkan Siamak sibuk memperhatikan sekitarnya. Ashoka, Lasendra dan Acharya Radhagupta yang sembunyi dibalik pilar melihat keduanya. Lasendra menundukkan wajahnya saat Sushima dan Siamak melintas di depannya.

Ashoka segera memberitahu Bindushara, "Ayahanda, keduanya sudah datang!", bisik Ashoka. Bindushara menoleh ke arah kedua putranya yang juga menyamar.
"Jika mereka tidak terlibat menyembunyikan harta perbendaharaan, mengapa mereka harus datang menyamar juga?", tanya Ashoka. Bindushara hanya diam, namun segera berdiri menghalangi jalan Sushima dan Siamak.

Sushima berkata, "Minggir! Kau menghalangi...".
Bindushara bertanya, "Apa harta perbendaharaan yang sedang dicuri ada disini, Sushima?"
Sushima terkejut saat menyadari bahwa lelaki tua yang berdiri menghalangi jalannya itu adalah ayahnya. Dia melihat ke arah pria lain yang bersamanya yang ternyata Ashoka.
Semua orang yang ada di kuil berdiri setelah mengetahui keberadaan kelurga istana di tempat itu.
Bindushara melihat para pemuja, para pemain musik dan pendeta kuil yang berdiri melihat mereka. "Aku mohon Kalian meninggalkan tempat ini untuk sementara waktu karena ada urusan kerajaan", pinta Bindushara.

Para pemuja, pendeta dan pemain musik pun segera pergi meninggalkan kuil tersebut.
Ashoka mengangguk mengisyaratkan Acharya untuk pergi ke suatu tempat. Acharya mencakupkan tangan segera pergi
Setelah semua yang tidak berkepentingan pergi, Bindushara melotot kepada kedua putranya.
Dia bertanya tegas, "Mengapa kalian berdua melakukan ini?".

Sushima tergagap, "Ayahanda.. eh anu, ini rencana Siamak", sambil menuding ke arah Siamak.
Siamak heran dengan tudingan Sushima, "Rencanaku?!", dia berlagak bodoh untuk membela dirinya.
"Ya, ini memang rencananya. Dia yang...", kata Sushima.
Ashoka menyela, "Kalian jangan saling menunjuk! Kalian berdua akan di hukum bahkan jika rencana ini telah dibuat oleh salah satu dari kalian". Siamak dan Sushima saling pandang dab khawatir.


PREV  1  2  NEXT
Bagikan :
Back To Top