Sinopsis Ashoka Samrat episide 405 by Kusuma Rasmana. Di
istana Magadha, Pattaliputra, Kaurwaki melangkah masuk ke ruangannya. Dia agak
kaget melihat ruangannya telah dihias dengan indah. Dengan gembira ia berjalan
menginjak taburan kelopak bunga yang terhampar di tangga dan lantai sambil
melihat di sekeliling dengan takjub. Di arah depan ruangan itu langsung
terhubung dengan balkon istana yang menampilkan pemandangan Pattaliputra, karena
seluruh tirai pemisah ruangan itu diikat rapi. Tampak wadah yang ditutupi kain
biru terletak di sofa yang dipakai bersantai. Kaurwaki membuka kain penutup itu
dan menemukan sebuah kotak kecil dari kayu. Dia tersenyum sambil membukanya dan
menemukan cermin di dalamnya. Sejenak kemudian, di cermin, Ashoka melihat
bayangan Ashoka yang masuk ruangan itu dan tersenyum kepadanya. Kaurwaki ikut
tersenyum melihat bayangan Ashoka.
Di ruang dapur istana, Dharma sedang menumbuk kunyit dalam lesung dengan alu kecil, agar menjadi tepung kunyit. Dia didampingi oleh Devi yang menemaninya sambil bercakap-cakap. Dharma yang bahagia tak henti-hentinya menebar senyumnya yang sejuk.
Masih di ruangan sebelumnya, Ashoka dan Kaurwaki sedang bersama-sama
menikmati kemsraan mereka. Kaurwaki menyandarkan kepalanya di dada Ashoka dengan
penuh cinta. Sementara Ashoka tengah merebahkan diri di sofa santai yang
behadapan dengan balkon. Kaurwaki menurunkan matanya malu-malu sementara Ashoka
terus menatapnya dengan manis. Lagu O Priyatam mengiringi adegan ini. Ashoka
menyingkirkan helaian anak rambut dari wajah Kaurwaki yang menunduk dengan mata
terpejam dan dia mulai menyentuh pipinya.
Di sebuah ruangan, Ashoka duduk di sebuah kursi didampingi oleh Witthasoka yang berdiri. Seorang kepala pelayan yang cantik tampak sibuk membuat adonan tepung kunyit dan air. Devi dan beberapa pelayan lain tampak juga di ruangan itu. Para wanita menggoda Ashoka yang hanya duduk mereka.
Jagannatha segera menoleh dan berkata, "Hubungan darah melebihi segalanya. Pada akhirnya, Kaurwaki akan memilih darahnya dan bukan cintanya. Sehingga pernikahan mereka pasti akan tinggal sejarah saja!"
"Ibu", kata Ashoka mengejutkan Dharma dari lamunannya. Dharma menjawab, "Aku terkejut bahwa saat-saat damai dan baik akan datang di dalam perjuangan hidup kita". Ashoka hanya menatap ibunya.
Ashoka melangkah mendekati Kaurwaki dan
memeluknya dari belakang. Kaurwaki memejamkan mata sesaat menikmati pelukan
Ashoka. Kaurwaki bertanya, "Ada apa? Apakah kau lupa untuk mengisikan hadiah
didalamnya?"
Ashoka berkata sambil melihat ke arah kotak yang dibuka oleh
Kaurwaki, "Kotak ini kosong sekarang tetapi kita akan mengisinya dengan cinta
dan kenangan kita. Kotak ini akan menyimpan kenangan dari waktu yang nantinya
akan kita habiskan bersama setelah pernikahan. Setiap kali kita melihat kotak
ini, dia akan mengingatkan kita dari perjalanan panjang kita
disini".
Kaurwaki menambahkan, "Perjalanan yang sangat panjang masih
tersisa", sambil melirik ke arah Ashoka.
Masih memeluk kekasihnya, Ashoka
menunjukkan patung kecil berbentuk Sakyamuni (Sang Pertapa Sidharta Gautama yang
duduk bersila) yang diberikan oleh Kaurwaki kepadanya saat masih remaja, ketika
bertemu pada sebuah kapal saat menuju Takshashila.
Kaurwaki kaget dan
bertanya, "Kau masih menyimpannya?"
Ashoka berkata, "Kau memberikannya
kepadaku sebagai kenangan kita"
Kaurwaki juga menunjukkan sebuah batu kecil
yang mengkilat. Ashoka ingat dulu memberikan kepada Kaurwaki di kapal yang sama.
Keduanya lalu menyimpan barang kenangan itu di kotak kayu tersebut dan Ashoka
dan Kaurwaki kemudian berpelukan semakin mesra.
Di ruang dapur istana, Dharma sedang menumbuk kunyit dalam lesung dengan alu kecil, agar menjadi tepung kunyit. Dia didampingi oleh Devi yang menemaninya sambil bercakap-cakap. Dharma yang bahagia tak henti-hentinya menebar senyumnya yang sejuk.
Di bagian lain, Ibu dari putri Chanda juga melakukan hal yang
sama. Dia didampingi oeh seorang pelayan perempuan.
"Kita menyiapkan bahan
ini untuk ritual berikutnya yaitu ritual mandi Haldi (kunyit)", kata Ibu Chanda
kepada pelayan.
Di bagian lain lagi, tampak Charumitra juga sibuk menyuruh
pelayannya menyiapkan tepung kunyit untuk ritual Haldi tersebut bagi putranya,
Sushima.
Charumitra, Ibu Chanda dan Dharma, ketiganya di tempat terpisah
dalam ruangan dapur yang besar itu berbicara tentang pentingnya ritual Haldi
ini. "Setiap ibu melakukannya untuk menantunya. Sisa kunyit akan dikirim ke
putrinya. Ini adalah sebuah ritual sesuai tradisi. Setelah ritual selesai maka
semuanya akan berjalan dengan baik", kata Dharma menjelaskan kepada Devi.
Kaurwaki bersandar dan mendekatkan
wajahnya lebih dekat ke wajah Ashoka. Namun Kaurwaki segera bangun dan berpaling
karena merasa malu. Tak ingin Kaurwaki pergi, Ashoka memegang tangannya.
Di ruang dapur, Dharma yang masih menumbuk kunyit di lesung dengan alu kayu,
seketika kaget karena didalam lesung dia melihat tepung kunyit itu berwarna
merah darah, bukan kuning kejinggaan seperti sebelumnya. Dia terpekik dan
berteriak kaget, "Darah!!!", teriak Dharma dengan wajah ketakutan dan dia
bangkit dari duduknya dan alunya lepas dari tangannya. . Semua orang didapur
seketika kaget karena teriakannya, termasuk Devi dan Charumitra.
Devi
bertanya, "Ada apa Bi?". Dharma menjawab ketakutan, "Ada darah!", sambil
menunjuk ke dalam lesung. Devi melihat lesung dan berkata, "Bibi, itu hanya
kunyit"
Dharma juga menyadari hal yang sama saat didalam lesung benar-benar
kunyit yang sebagian sudah menjadi tepung dan berwarna kuning jingga. "Maafkan
aku, rupanya itu hanya ilusiku".
Charumitra yang menatapnya berguman, "Dharma
selalu ingin menjadi pusat perhatian agar semua orang hanya melihat
dia!".
Beberapa orang datang ke dapur setelah mendengar teriakan Dharma,
termasuk Ashoka, Bindushara dan Jagannatha. Mereka semua melihat ke arah Dharma
yang sebelumnya tegang ketakutan, dan sekarang pun masih tersisa ketegangan
itu.
Jagannath menoleh kepada Bindushara dan berkata, "Sebaiknya kita
membatalkan pernikahan. Ini adalah pertanda buruk. Sesuatu yang terburu-buru
hanya dapat membawa nasib buruk bagi kita!".
Bindushara mendekati Jagannatha
dan berkata pelan, "Tidak mungkin, Aku tetap pada keputusanku. Pernikahan ini
pasti akan terjadi dan akan menjadi sejarah, Raja Kalingga!".
Ashoka, Devi
dan Dharma tegang mendengar percakapan itu. Charumitra yang berdiri agak jauh
ikut mendengar percakapan itu.
Melihat Kaurwaki yang akan menuju dapur, Devi segera menghentikan Kaurwaki,
sementara Bindushara segera mengajak Jagannatha keluardari dapur. "Kau harus
tetaplah di ruanganmu. Haldimu hanya dibawakan kesana", kata Devi
Sementara
Ashoka melihat ketegangan di wajah ibunya. Devi segera meminta Ashoka dan
Kaurwaki agar keluar dari ruangan dapur dan kembali ke ruangan masing-masing.
Sementara Dharma masih tegang memikirkan warna merah yang dilihatnya dalam
lesung atau saran dari Jagannatha barusan.
Di ruangannya, Kaurwaki yang sedang duduk di sofa, sementara ibu Kaurwaki
sibuk menyiapkan bahan ritual Haldi di meja ruangan itu. Devi dan Witthasoka
datang ke ruangan itu.
Kaurwaki berdiri mendekati dan berkata, "Devi, Kau
berada di pihak mempelai pria. Mengapa kau ada di sini?"
Devi menjawab "Oh
ya? Tapi sekarang Aku dari pihak pengantin wanita", Devi menjawab setengah
serius.
Witthasoka berkata, "Oh ya? Rupanya Kak Devi berpindah pihak begitu
cepat. Seseorang tidak bisa mempercayai siapa pun sekarang!".
Ibu Kaurwaki
hanya tertawa melihat Witthasoka yang bergurau mengejek Devi.
Devi berkata,
"Memang kenapa? Itu tidak masalah. Aku dari kedua belah pihak"
Kaurwaki
menanggapi, "Tidak Devi, kau harus memutuskannya ada di pihak mempelai yang
mana".
Witthasoka berkata, "Kita akan memutuskannya nanti. Bhaiya Ashoka
sudah menunggu"
Witthasoka menyambar semangkuk Haldi (tepung kunyit) dan
berlari keluar ruangan itu.
"Hei, itu mau dibawa kemana?", tanya Devi
mengejar Witthasoka. Kaurwaki dan ibunya tersenyum melihatnya. Ibu Kaurwaki
becanda memberi isyarat kepada putrinya agar tidak marah dan tegang.
Di sebuah ruangan, Ashoka duduk di sebuah kursi didampingi oleh Witthasoka yang berdiri. Seorang kepala pelayan yang cantik tampak sibuk membuat adonan tepung kunyit dan air. Devi dan beberapa pelayan lain tampak juga di ruangan itu. Para wanita menggoda Ashoka yang hanya duduk mereka.
"Begitu ritual
Haldi ini selesai, masa lajangmu akan berakhir, Rajkumar. Anda akan senantiasa
didampingi oleh istri yang melayani Anda", kata kepala pelayan.
Ashoka hanya
tersenyum dengan gurauan kepala pelayan itu. Ashoka melihat-lihat kesana kemari,
"Wit, dimana Ibu?", bisik Ashoka kepada Witthasoka.
"Apa aku harus mengajak
ibu kemari?", tanya Witthasoka. "Lebih baik kita temui saja ibu sekarang, ayo!",
kata Ashoka mengajak adiknya pergi dari ruangan itu.
Devi sedang membawa
Haldi untuk Kaurwaki saat ia bertemu dengan Jagannatha di koridor. Keduanya
saling melihat satu sama lain. Devi tetap melangkah pelan sambil berkata,
"Setelah hari ini, Kaurwaki akan menjadi milik Ashoka seumur
hidupnya".
Jagannatha segera menoleh dan berkata, "Hubungan darah melebihi segalanya. Pada akhirnya, Kaurwaki akan memilih darahnya dan bukan cintanya. Sehingga pernikahan mereka pasti akan tinggal sejarah saja!"
Devi yang
berhenti hanya melirik sekilas, dan dia pergi lagi.
Di sebuah ruangan yang sudah dihias, tampak sudah menunggu bersama beberapa
pelayan dan pemain musik tambur atau gendang. Ashoka yang sudah mengganti
pakaiannya dengan pakaian ritual berwarna putih datang ke ruangan itu didampingi
adiknya, Witthasoka. Ritual akan mengikuti ritual Haldi (mandi kunyit) pada
sebuah panggungan yang sudah dihias di ruangan itu.
Dharma tersenyum melihat
Ashoka yang sudha duduk di lantai panggung. Dharma memulai tahapan ritual Haldi
itu lengkap dengan prasarana dan sarana ritual. Saat melakukan ritual itu kepada
putranya, Dharma menatap putranya yang juga sedang menatapnya dengan tersenyum.
Dharma teringat ketika Ashoka lahir di sebuah desa kecil saat gubuknya terbakar,
tumbuh remaja di dusun, Ashoka yang dibawa ke istana menjadi perawat kuda
Samrat, sementara Dharma hidup sebagai pelayan dan semua perjuangan mereka
sampai identitas mereka diakui sebagai keluarga istana Magadha. Tapi kesulitan
senantiasa menghadang, Ashoka diusir dari istana, Dharma harus menyertainya
bersama putranya yang lain hidup dalam kejaran para musuhnya yang juga keluarga
istana.
Lagu pengantar tidur Ashoka di masa kecil dimainkan mengiringi adegan
ini. Ashoka dan Dharma menjadi terharu teringat semua itu.
"Ibu", kata Ashoka mengejutkan Dharma dari lamunannya. Dharma menjawab, "Aku terkejut bahwa saat-saat damai dan baik akan datang di dalam perjuangan hidup kita". Ashoka hanya menatap ibunya.
Devi datang ke ruangan itu, namun melihat Ashoka yang
akan melakukan ritual, dia menjadi malu dan segera berbalik akan
pergi.
"Devi, bergabunglah bersama kami", kata Dharma memintanya agar ikut
membantu. Devi tersenyum dan akhirnya turun ke ruangan itu.
Bindushara sedang melangkah di koridor ketika Acharya Radhagupta bergegas
menemuinya. Acharya berkata, "Samrat, Ujjain telah diserang".
"Apa???", kata
Bindushara terkejut mendengar berita itu.