Sinopsis Ashoka Samrat episode 365 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 365 by Kusuma Rasmana. Di koridor istana Magadha, Pattaliputra, Devi dan Kaurwaki sedang bercakap-cakap dengan Rani Dharma di tempat itu. Suasana hening antara Dharma dan Kaurwaki karena keduanya sedang saling menatap namun sibuk dengan pikiran masing-masing. Keheningan sejenak itu pecah oleh suara Devi.
"Dimana Pangeran Wit?", tanya Devi tentang Witthasoka.
Dharma menjawab, "Ia pasti berada di dekat sini. Ia sangat ingin bertemu denganmu".
Saat itu, tidak jauh dan masih di koridor yang sama, Witthasoka sedang berbicara kepada dua orang pelayan muda.
"Sebelum Bhaiya menentukan calon istrinya, aku sendiri yang akan memilih siapa orang yang berhak menjadi kakak iparku", kata Witthasoka kepada pelayan. Devi yang menoleh melihat Witthasoka yang ternyata berdiri tidak jauh di depannya bersama dua pelayan. Demikian juga Dharma dan Kaurwaki melihat ke arah Witthasoka.
Devi melangkah mendekatinya, dia mengambil sekelopak bunga Gumitir dari nampan bunga yang dibawa seorang pelayan yang lewat di depannya. Devi melemparkan bunga kuning itu ke arah Witthasoka dan mengenai kepalanya.


"Aduh!", Witthasoka terkaget memegang kepalanya karena lemparan itu. Dia menoleh dan melihat Devi yang mendekatinya dengan tertawa terkial. Sementara Dharma hanya tersenyum melihat kejadian itu dari kejauhan. Witthasoka segera menyuruh kedua pelayan itu pergi dengan isyarat tangannya. Devi mendekati Witthasoka, "Kenapa? Kau kaget tak bisa mengelak?", tanya Devi masih tertawa.
"Apa yang kau lakukan? Pangeran bisa menghukummu!", kata Witthasoka. Dharma agak kaget mendengar ucapan putra bungsunya namun dia tersenyum.
"Pangeran bisa menghukumku tapi kau seperti adikku!", kata Devi lalu menjewer telinganya. Witthasoka kesakitan dan meminta dia untuk melepaskan jewerannya.
Devi berkata, "Kau adalah seorang pangeran bagi orang-orang. Tapi bagiku, kau adalah adik nakal yang sama yang menyukai laddu".
Devi melepaskan jewerannya dan tersenyum gembira. Demikian juga Witthasoka merasa senang.
Witthasoka berkata, "Aku merindukanmu". Devi membalas, "Aku juga". Keduanya lalu berpelukan, seperti adik dan kakak yang lama tak bertemu. Dharma tersenyum melihat keakraban Devi dan Witthasoka. Kaurwaki hanya diam melihat kejadian itu, mungkin dia sedikit iri melihat Devi punya kedekatan dengan Dharma dan Witthasoka.

Seorang petugas istana yang cantik dan berpakaian indah datang menemui Rani Dharma.
"Rani Dharma, seluruh ruangan untuk para putri yang datang sudah kami siapkan. Kami menunggu perintah Anda selanjutnya", kata petugas istana itu.
Dharma menjawab, "Baik, ikut bersamaku!". Dharma lalu pergi bersama pelayan dan petugas istana yang cantik itu.
Kaurwaki yang masih di tempat itu berpikir, "Ashoka hanyalah milikku! Tapi untuk mendapatkan dia dan menikah dengannya, aku harus melewati begitu banyak kompetisi dan mengalahkan para putri sainganku".
Kaurwaki lalu melangkah pergi tanpa melihat Devi dan Witthasoka yang dilewatinya. Witthasoka dan Devi melihatnya dengan raut wajah tegang.
Devi berkata, "Dia sangat sedih sekarang. Aku tidak tahu lagi bagaimana cara membantunya".
Witthasoka menanggapi, "Jika kalian memiliki masalah atau kesusahan, maka kalian harus segera mencari bantuan".

Devi berkata, "Kalau begitu, Kau pasti bisa membantuku". Witthasoka menjawab, "Tentu saja".
Devi tersenyum sambil memandang ke arah kepergian Kaurwaki.
Masih di dalam istana, Kaurwaki sedang bertemu dengan Putri Chanda. Kaurwaki mencakupkan tangan di depan dada, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas bantuan Putri Chanda di ruang sidang tadi pagi.
Chanda berkata sambil menurunkan dan memegang kedua tangan Kaurwaki, "Tidak, Putri Kaurwaki, jangan seperti ini. Ini tidak perlu, karena aku memang mengenalmu sejak kecil, ketika aku datang untuk menemuimu di istanamu. Kau tidak ingat aku? Tapi Aku sangat mengingatnya".
Kaurwaki hanya diam dan tersenyum, entah karena resah atau memang tidak ingat.
Chanda berkata lagi, "Aku juga tahu segalanya tentang cintamu. Tidak ada yang disembunyikan dariku. Aku harap kau mendapatkan cinta sejatimu. Sedangkan Aku, Aku hanya ingin menikah dengan Sushima karena keluargaku menginginkan demikian".
Kaurwaki menanggapi tersenyum, "Aku berdoa semoga keinginanmu terpenuhi"

Chanda juga ingin hal yang sama untuk Kaurwaki, "Semoga Tuhan, mempertemukan cinta kalian".
Witthasoka dan Devi melihat kedua putri yang sedang bercakap-cakap itu. Putri Chanda lalu meninggalkan Kaurwaki yang tetap di tempat itu.
Witthasoka kaget mengenali Kaurwaki adalah putri yang pernah singgah di rumahnya di Rajagira. "Ya Tuhan, bukankah dia putri yang bersahabat dengan Bhaiya?".
Devi menjelaskan, "Ya, benar. Dia adalah Putri Kaurwaki yang telah mengenali Ashoka sebagai cintanya, saat dia pertama kali melihat Chanda. Tapi Ashoka berlagak sombong. Dia bahkan tidak mau repot untuk mencari kebenaran tentang siapa Kaurwaki. Kaurwaki merasa Ashoka telah melupakan dia dan cintanya. Dan sebelum mengungkapkan identitasnya, dia ingin meyakinkan, apakah Ashoka mencintainya atau tidak. Kaurwaki adalah istri yang sempurna untuk Ashoka. Kita harus melakukan usaha keras agar Ashoka mengenali dan memahami cintanya. Tapi ingat, Kaurwaki tidak akan suka jika ada yang menjelaskan kepada Ashoka tentang dirinya. Karena dia ingin Ashoka mengetahui sendiri".

Devi dan Witthasoka terus memandangi Kaurwaki yang masih diam di tempat itu. Witthasoka berkata, "Anggaplah hal itu sudah dilakukan". Dia tersenyum sambil melihat ke arah Kaurwaki yang tidak melihat karena sedang membelakangi mereka.
Di serambi di depan ruangan para putri, Witthasoka yang didampingi Devi memanggil Petugas istana.
"Ibu mungkin sudah menyiapkan ruangan untuk para putri. Namun biar aku yang mengatur pembagian ruangan kepada mereka sebagai keramahanku kepada para putri itu yang mungkin akan menjadi calon kakak iparku", katanya kepada Petugas istana yang cantik itu. Putri Ananta yang sedang didepan ruangan itu bersama dua pelayannya seketika terlonjak.
"Kakak ipar?", kata Putri Ananta gembira seakan ingin melompat. Devi yang tidak bisa menahan tertawanya menutup mulutnya saat melihat tingkah Putri Ananta yang agak subur itu. Putri Ananta yang tersadar segera pergi bersama pelayannya setelah Witthasoka menunjukkan ruangan kepadanya. Sepeninggal Ananta, Devi, Witthasoka dan Petugas perempuan itu melanjutkan tawa yang terkial.

Dari jauh, Anandini melihat Witthashoka dan dua perempuan di depan serambi ruangan untuk para putri. Dia berguman, "Aku perlu ruangan yang bersebelahan dengan ruangan Ashoka sehingga aku akan punya waktu untuk dekat dengannya. Dan dia tidak akan bisa melepaskanku".
Putri Andini yang diiringi seorang pelayan yang membawa baki kemudian mendekati Witthasoka dan berusaha mengakrabkan diri dan membuat terkesan dengan pengetahuan tentang dirinya.
"Aku dengar kau sangat menyukai laddu", kata Anandini. Devi dan Witthasoka heran mendengarnya.
"Kau tahu kesukaanku", kata Witthasoka. "Ya, Bhaiya Ashoka yang menceritakan kepadaku. Dimana kamar Bhaiya?", tanya Anandini, sambil memberikan laddu yang diambilnya dari dalam baki yang dibawa pelayan. Witthasoka menerima laddu pemberian Anandini, sambil menunjuk ruangan Ashoka.
"Yang mana ruangan untukku?", tanya Anandini. Witthasoka awalnya menunjuk kamar yang dekat dengan kamar ruangan Ashoka. Anandini merasa bahagia, dia lalu berbalik untuk mengambil laddu lagi dari dalam baki.

Devi mengisyaratkan Witthasoka untuk memberinya ruang yang bersebelahan dengan ruang Sushima, dengan menunjukkan 4 jari tangannya. Witthasoka menuruti saran Devi, dia menunjuk ruangan nomor empat yang sangat jauh dari ruangan Ashoka. "Ruangan yang dekat kamar Kak Sushima itu!", kata Witthasoka menunjukkan tangannya.
Anandini kaget dan tampak kurang suka, dia bertanya, "Mengapa tidak di sebelah ruangan Ashoka?"
Witthasoka menjawab, "Itu keinginanku".
Anandini mencoba merayu Witthasoka, "Kau boleh mengambil semua laddu yang ada, tapi berikan Aku ruangan di sebelah kamar Kakak Ashoka".
Witthasoka bertanya, "Apakah kau sedang mencoba menyuapku? Jika benar, aku akan melaporkan itu segera kepada bhaiya".
Anandini agak kaget, "Baik... baiklah", dia tersenyum yang dibuat-buat. Anandini segera melangkah dari depan Witthasoka dengan pasrah, senyum diwajahnya sirna berubah menjadi kesal. "Nanti dihari aku menikah dengan Ashoka, aku harus menyingkirkan adik yang menjengkelkan ini!", batinnya kesal.

Sejenak setelah itu, Kaurwaki datang dan menanyakan dimana ruangan untuknya. Devi segera melirik Witashoka penuh arti. Witthasoka mengerti isyarat itu, dia lalu menunjuk ke kamar sebelah Ashoka, tapi Devi mengarahkan tangan Witthasoka ke arah kamar Ashoka. Kaurwaki segera pergi menuju kamar yang ditunjuk.
Witthasoka bergegas akan menyusul Kaurwaki dan akan memberitahunya, namun Devi memegang tangannya, sambil meminta dia diam di tempatnya.
"Tapi.. tapi itu kamar Bhaiya Ashoka", kata Witthasoka.
Devi menjelaskan, "Itu bagus, Ashoka dan Kaurwaki akan bertemu. Inilah rencana terbaik agar cinta mereka bersemi lagi". Witthasoka tersenyum memahami dan setuju dengan alasan Devi. Devi segera mengajak Witthasoka dan petugas istana bergegas pergi dari tempat itu.

Di kamar Ashoka, Kaurwaki yang merasa kesal, sedih dan marah melepas barang-barang yang dipakainya, mulai dari sandal, perhiasannya dan mencampakkan begitu saja. Dia duduk di pembaringan dengan marah dan frustrasi, nafasnya terengah-engah yang membuat dadanya naik turun. Dia melangkah mendekati cermin yang ada dikamar itu sambil melemparkan dupattannya begitu saja. Dupatta itu melayang dan tak sengaja menimpa Ashoka yang sedang masuk ke kamar itu dan menutupi wajahnya. Ashoka lalu melepaskan dupatta yang menutupi wajah dan kepalanya, Kaurwaki kaget saat melihat itu dari cermin di depannya. Demikian juga Ashoka, mengenali gadis yang duduk dalam kamarnya itu.
Kaurwaki bangkit mendekati Ashoka, "Kau?", keduanya mengucapkan kata itu hampir bersamaan.
"Kau? Beraninya kau masuk ke kamarku tanpa izin!", kata Kaurwaki sengit.
Ashoka menjawab, "Kamarmu? Ini bukan kamarmu, tapi kamarku. Lihatlah!". Ashoka menunjuk ke arah keliling kamarnya.

PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top