Sinopsis Ashoka Samrat episode 318 by Meysha
Lestari. Dharma di seret oleh para prajurit. Dia merasakan sakit di
perutnya dan meminta agar di lepaskan, 'kau seorang ibu. Kau pasti tahu bahwa
wanita harus di perlakukan dengan baik dalam kondisi seperti ini." Helena
setuju, "memang, itu hanya kalau kau harus melahirkan seorang bayi." Penjaga
datang dan memberitahu Jelena tentang para prajurit yang telah menjadi mayat di
koridor. Dharma tersenyum. Helena melihatnya dan berkata, "jangan senang dulu.
Anakmu yang bodoh itu tidka akan bisa keluar dari istana ini hidup-hidup hari
ini."
Dharma tersneyum lagi, "dia telah mengalahkan kematian di hari
dia di lahirkan. AKu selalu menyarankan agar mengikuti jalan di mana tidak ada
kekerasan tapi aku tidak akan menghentikan dia dari apa yang akan di lakukannya
hari ini, bahkan kalau harus membunuh kakek buyutnya..." Helena menampar Dharma
dan menyeretnya pergi.
Mir memngirim prajurit ke seluruh penjuru untuk menangkap
Ashoka. Tapi Ashoka membunuh mereka semua. Mir melihat Bindu, Mahamatya dan duo
ratu keluar dari penjara. Dharma juga di bawa kesana oleh Helena. Dengan kasar
Helena mendorong Dharma, tapi Bindu menyambutnya tepat waktu. Helena sangat
kesal karena orang-orang itu masih hidup. Nikator menyebut Helena bodoh karena
menunggu Ashoka. Helena beralasan kalau dirinya mengikuti saran Mir Khorasan,
"setiap kali kita mengikuti saran Mir, kita pasti gagal." Mir merasa bersalah
dan menawarkan diri untuk membunuh mereka semua sekarang juga.
Sebelum sempat Mir menyerang Bindusara, mereka mendengar suara
keributan di luar. Sebuah pasukan besar berdiri di luar. Prajurit memberitahu
kalau mereka telah di serang. Bindu dan keluarga kerajaan menarik bafas lega.
Ashoka berkata, "tak seoragpun bisa mengalahkan kami jika kedua saudaraku
bersamaku!" Ashoka lalu peri bersama Siamak.
Bindu berkata pada Helena, "ibuku bisa mengikngkari sebuah
hubungan, tapi anak-anakku tahu bagaimana menghormatinya. Mereka akan
mengalahkan kalian!"
Achary Radha Gupta dan Nayak berdiri di samping SHushim.
Prajurit memberitahu Helena situasi yang mereka hadapi, "pasukan besara
menghadang di pintu." Nikator bertanya tentang Ashoka. Prajurit menggeleng.
Dharma berkata, "kalian tidak akan bsia membayangkannya. Selama ini kalian orang
asing hanya melihat perbedaan diantara keluarga kami, tapi sekarang kau akan
melihat bagaimana jika mereka bersatu. Cabang pohon mungkin tumbu ke arah yang
berbeda tapi mereka berbagi akar yang sama. Dan mereka telah berakar sangat
dalam sehingga orang seperti kalian tidak akan memahaminya.."
Shushim memerintahkan semua orang meneyrang sebelum lawan
bersiap-siap.
Nikator berkata bahwa mereka tiak siap menghadapi situasi ini.
Mir mengatakan kalau mereka masih punya kesempatan terakhir. Nikator mengerti
apa yang di maksud Mir, "Samrat akan menjadi perisai kita hingga pasukan kita
menjadi sama besar seperti pasukan Maurya."
Sushim menyerang istana. Ashoka berpikir kalau ini adalah saat
yang tepat untuk memberi kejutan pada pasukan Yunani, "akan lebih baik kalau
kita bisa menangkap Nikator atau Helena." Tapi Siamak menahannya, "ku mohon
jangan pergi!" Ashoka berkata, "kita telah di serang, mengapa kau menghentikan
aku?" Siamak berkata, "kau tidak tau Mir Khorasan. Kalau dia bisa menodongkan
pedang ke leher cucunya, maka dia juga bisa melakukan segalanya!" Ashoka
memahami ketakutan Siamak, "tapi ini perang. Aku harus menghadapi mereka tanpa
menkhawatirkan diriku sendiri." Siamak bertanya, "bagaimana kalau mereka
menyakiti ibu Dharma atau ayah? Aku tidak ingin kau bertanggung jawab atas semua
itu. Ibuku telah mati. Kau bagaimanapun juga telah di salahkan karena itu. Kita
lalu kehilangan Drupad. Lalu kau juga yang di salahkan. Jangan ulangi kesalahan
ini!" Ashoka mengelak, "kita tidak punya pilihan lain! Aku harus melakukannya
tanpa memikirkan konsekuensinya." Siamak meletakkan tanganya di kepala Ashoka,
"kau punya sumpahku." Ashoka berdiri tak berdaya. Siamak tersenyum, "aku telah
memberikan kesempatan pada buyut Nikator untuk menangani situasi ini dengan
meminta Ashoka bersumpah."
Helena meminta Mir agar bergegas, "mereka bsia masuk kapan
saja."
Di luar ada teriakan "Jai Janani!" dan "Har Har mahadev!" dari
kerumunan yangada di luar gerbang. Bindu menatap semua itu dengan bangga.
Nikator meminta Bindusara agar menyerah. Bindu menolak,
"rakyatku dan prajuritku berjuang dengan semangat membara. Kau yang harus
menyerah dengan segera!" Mir membuat Bindu berlutut. Nikator menyuruh Shushim
berhenti, "jatuhkan senjata kalau kalian ingin melihat Samrat masih hidup!"
Ashoka menanyai Siamak, "mengapa kau melakukan itu? Semua orang
akan menangging hukuman karena tindakan pengecut kita!" SIamak meminta maaf pada
Ashoka.
Nikator memberi mereka hitungan sampai 10 untuk menyerah atau
Samrat akan mati. Dharma menjadi panik. Shushim membawa pasikan besar, "apa
gunanya hidup kalau kehilangan Samrat?"
Ashoka berpikir bahwa wangat penting untuk membuat orang tetap
hidup dengan menyerah hari ini. SHushim meminta pendapat dari radha Gupta. radha
Gupta meminta Shushim agar menyerah, "Ashoka dari dalam akan melumpuhkan
mereka." Shushim berpikir keras. Ashoka berharap saudaranya menyadari kalau
semua itu bukaan tentang mereka sekarang tapi tentang Magadha, "jangan membawa
permusuhan kedalamnya." Shushim berkata, "kita bisa mengorbankan satu orang demi
kebaikan negeri. Ayah, leluhur dan guru mengajarkan hal ini. Kita tidak boleh
memikirkan hubungan pribadi. kapanpun orang seperti mu memaksa kami memilih
antara keluarga dan negara, maka kami akan memilih megara diatas segalanya, ini
tradisi. Dalam situasi ini, ayah akan sedih jika aku menyerah. Kita tidak akan
menjatuhkan senjata. Kita akan berjuang hari ini. perang akan menentukan
segalanya hari ini!" Mir mengancam kalau mereka akan melihat Bindusara terkapar
mati.
Achary Radha Gupta coba membuat Shushim mengerti, tapi Shushim
menjawab kalau perintah Radha Gupta tidak berlaku untuknya, "akankah kau
mengatakan hal yang sama jika Ashoka berada di sini saat ini?" Ashoka
bertanya-tanya mengapa kakaknya ingin membuat dirinya terlihat bagus di mata
semua orang dalam kondisi seperi ini juga.
Mir hampir memancung BIndusara, ketika Shushim memintanya
berhenti, "hal ini sangat sulit bagiku. Aku ada usul, kau melakukan semua ini
demi balas dendam. Aku menyarankan mu untuk membunuh pewaris Magadha, bunuh Aku!
Kau akan bisa keluar dari sini dengan selamat. Aku akan mendapatkan izin untuk
itu dari ayahku." Bindu melarang Shushim melakukan itu, "aku tak bisa melihat
anakku yang lain mati. Akan lebih baik kalau aku saja yang mati!"
Nikator bertanya pada Helena, "apakah Shushim begitu sangat
mencintai ayahnya? Orang-orang ini tidak pernah perduli tentang orang lain tapi
bersatu ketika ada masalah datang pada mereka." Helena mengatakan kalau Shushim
setingkat lebih ahli dari mereka dalam hal menipu, "dia hanya memanfaatkan
situasi. Dia tidak akan mau menumpahkan darah untuk siapapun. Jangan percaya
padanya!"
Nikator balik memberi mereka pilihan, "Maurya tidak perduli
padamu, karena kau bukan siapa-siapa! Ashoka adalah pewaris dan Yuvraj. Kita tak
punya waktu. Buat keputusan sekarang juga!" Shushim berpikir untuk menerima
tawaran itu, "kalau tidak ayah akan mati! Rakyat akan marah dan memberontak dan
aku akan kalah." Shushim akhirnya setuju untuk menyerah. Shushim meneriakan Jai
Janani! Bindu menggumankan Jai janani, "kau telah melakukan hal yang benar.
Keputusanmu membuktikan kalau kau tepat untuk menjadi raja di masa depan."
DHarma menangis tapi Bindu berkata, "ini bukan saatnya untuk menangis." Charu
berpikir kalau Shushim telah memanfaatkan kesempatan dengan baik, "Shushim telah
membunuh dua burung dengan satu batu. Dia benar-benar anakku!" Sinopsis
Ashoka Smarat episode 319 by Meysha Lestari.