Sinopsis Ashoka Samrat episode 315 by Meysha Lestari

Sinopsis Ashoka Samrat episode 315 by Meysha Lestari. Ashoka memohon restu dari Dewi, "berkati aku agar sukses dalam membebaskan keluargaku. Setelah itu, aku akan kembali untuk menyelesaikan apa yang tersisa jika di beri kesempatan..."

Kaurvaki berlari ke kuil untuk menemui Ashoka. Dia yakin kalau Ashoka akan mengerti jika dia mengaatakan apa yang ada dalam hatinya.

Shushim bertanya pada Nayak tentang peperangan di Kalinga, "tidak adakan prajurit kita yang meninggal dalam peperangan itu?" Nayak dengan bangga menjawab, "tidak ada. Yuvraj Ashoka tidak membiarkan peperangan terjadi. Dia sendirian telah memenangkan Taskhila, sekarang Kalinga.."

Kaurvaki terus berlari. Hingga kakinya tersandung dan dia terjatuh.

Ashoka menyusun strategi. Dia mengirim Achary Radha Gupta dan nayak ke satu arah, sementara dia dan Shushim ke arah yang berlawanan. Sebelum peri kedua rombongan meneriakan, "Jai Janani!" Kaurvaki mendengar teriakan itu. DIa bergegas berlari kearah sumber suara. Tapi terlambat, Ashoka sudah pergi bersama pasukannya. Kaurvaki berteriak memanggil Ashoka sekuat tenaga. Tapi Ashoka tidak mendengarnya. Kaurvaki menanggis sedih.

Helena mengadili Bindusara di ruang sidangnya sendiri. Kata Helena, "Samrat Bindusara berdiri kalah di ruang sidangnya sendiri dan menunggu aku memutuskan nasibnya. Ayahku telah berdiri di depan ayahmu sejak lama. Kebebasanku telah di rampas oleh ayahmu dan Chanakya demi satu kompromi. Untuk itu, keluargamu akan membayaranya hari ini, tepat di depan matamu. Kematian terburuk adalah kematian dengan membawa penyesalan. Kau pasti menyesal karena tidak memberi hukumaan mati padaku. Tapi rasa sakit mu tidak akan bertahan lama karena aku telah memutuskan hukuman mati untukmu. Aku tidak selembut kalian, orang India.."

Bindu menyahut, "benaar. Kau tidak punya darah kami. Kita memenag berbeda karena aku masih menyebut dirimu ibu. AKu masih menghormatimu, setelah apa yang kau lakukan. Mau apa lagi? Ini adalah tradisi dan budaya kami. Kebencianmu tidak dapat mencemarinya AKu tidak akan pernah menyesal karena bersikap lembut padamu. Itu sudah tradisi bumi pertiwi ini. Kami tidak akan menyakiti ibu kami meski dia jaahat. AKu akan mati sebagai pejuang yang berjuang dengan agagah berani, tapi bukan penipu. Kemenanganmu ini tidak akan tahan lama. Kebenaran dan Dharma akan menang pada akhirnya. Aku tidak bisa melihat hari itu tapi sejarah pasti akan menyebutkannya."

Helena mengejek Bindusara, "kau telah kalah tapi tidak pernah menyerah. Kini saatnya melakukan keadilan..." Nikator mengeluaran pedangnya dan melangkah ke arah Bindusara ketika SIamaki bicara, "jangan hukum ayahku! AKu tahu dia telah membunuh Justin tapi dia sudah seperti anakmu." Helenan setuju, "bukan aku, tapi kau yang akan membunuh ayahmu sekarang...!" Smeua orang tertegun. Helena melanjutkan, "ketika orang yang kau cintai yang membunuhmu maka rasa sakitnya akan lebih besar. AKu melihat kesakitan itu di mata Justin. AKu ingin melihatnya juga di mata samrat Bindusara!"

Kaurvaki tiba di kuil dan mengeluh pada tuhan, "apakah kau berpikir kalau Ashoka adalah musuh kita seperi yang di pikirkan ayah? Aku rasa tidak. Kau tidak membedakan siapapun. Mengapa ini terjadi padaku? Seseorang yang kypilih untuk diriku sendiri sedang menjauh seolah-olah dia akan terpisah dariku untuk selamanya. Mengapa ini terjadi padaku?" Kaurvaki terduduk di lantai kuil sambil menangis. Kilat menyambar. Lonceng kuil berbunyi. Kaurvaki melihat benang yang di ikat Ashoka di pohon di luar kuil, "Ashoka tahu artinya. Di atahu kalau hanya pasangan yang mengikatkan benang di situ. Dia telah mengikatnya setelah semua ini? Itu artinya dewi mendengar doaku. Ashoka telah menerima aku. Apa yang perlu di tanyakan padanya? Aku gila. Semuanya sudah jelas tapoi aku masih bertanya."

Kaurvaki berdiri Dia melepas benang di tanganya dan mengikatnya di pohon di samping benang yang di ikat Ashoka. Tapi saat dia berbalik hendak pergi, dia melihat Jagannath berdiri didepannya. Jagannath menatap Kaurvaki dnegan tajam dan berkata, "dia pergi tanpa bicara padamu kan? Kisah cintamu belum lemgkap. Sadarlah! kau menentang aku. Tuhan telah menunjukan padamu bahwa kau tidak seharusnya menghabiskan hidupmu dengan anak seorang pelaayan..."

Kaurvaki menyuruh Kagannath bicara sesuka hatinya, "aku telah mendapat restu dari dewi. Aku akan peri ke Patliputra." Jagannath menrik tangan Kaurvaki, "kau terpengaruh olehnya. Kau akan menentang aku seperti dia menentang ayahnya. AKu bikan Bindusara yang bisa menerima semua ini.." kaurvaki meminta Jagannath melepaskan tangannya.

Helenaa berkata lagi, "ayahmu telah merampas hak dari Yuanani untuk duduk di atas tahta. Sekarang kau berdiri di bawah kekuasaan Yunani. Kematian Bindusara akan menjadi pelajara berharga uyntuk semua orang. Tidak ada lagi yang akan berpikir untuk menentang Yunani. tanah airmu akan berada di bawah kaki Yunani."

Dharma berteriak menyuruh Helena behernti bicara, "kau  telah menghabiskan bertahun-tahun di sini tapi kau tidak ingat apa-apa tentang ibu periwi ini. Aku akan mengingatkan dirimu. Tanah air kami ini terkenal atas ilmu pengetahuannya, aturannya. Jika ini tidak menarik, mengapa kalian datang kesini untuk mendapatkannya? Kitab suci kami di buat bahkan sebelum kalian mulai membaca dan menulis. Dapatkan kalian menandinginya?"

Charunitra menambahkan, "budaya tanah air kami lebih baik daripada kalian. Dan akan selalu seperti itu.." Subhrashi menyahut, "kalian Yunani hanya punya saru keahlian, yaitu menipu. Orang seperti kalian selalu coba membuat kami merasa rendah dan tidak pernah sdar betapa beruntung dan bangganya kami pada tanah air ini dan budayanya. Kalian boleh coba menyembunyikannya, tapi itu tak akan bisa bertahan lama."

Mendengar kata-kata tiga ratu Bindu, Helena bertepuk tangan, "menantuku bicara dengan nada yang sama hari ini. Meskipun begitu aku tahu kebenaran tentang mereka..."

Bindu berkata, "ini semua tentang waktu. Ada saatnya ketika ayahmu memngemis pada ayahku. Aku saksinya. Dia mengambil 500 gajah dari Magadha. Dia memenangi Paras dan daera sekitarnya. Kau tidak akan ada jika ayahku tidak menerimamu. Aku telah mendengar dari oarang-orang kalau kau luluh oleh keberanian ayah. AKu tidak pernah mendengar kalau Nikator telah memaksa mu untuk menikahi ayah."

Helena menyuruh semua orang untuk diam, "aku tidak mentolerir ini lagi. Dharma tidak akan bisa melihat aku menghina suami atau tanah airnya. Suami kalian akan di bunuh di depan mata kalian." Helena menyuruh Siamak membunuh Bindusara atau kalau tidak dia sendiri yang akan mati. Siamak menolak. Nikator mengancamnya. Siamak menyuruh Nikator membunuh sendiri Bindu. Bindu meminta Siamak bersumpah, "tak ada seorang ayah yang bis amelihat anaknya mati di depan matanya. Lakukan apa yang mereka katakan!" SIamak tersenyum pada Mikator dan pura-pura patah hati atas keputusan Bindusara, "aku tidak akan hidup lama dengan rasa bersalah ini! Nikator menyerahkan pedangnya pada SIamak. Bindu memejamkan mata dengan pasrah... Sinopsis Ashoka Samrat episode 316 by Meysha Lestari

Bagikan :
Back To Top